Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

Jam Gadang: Hadiah Ratu Wilhelmina dan Peran Arsitek asal Koto Gadang

Sumber foto: padang kita Alasan Ratu Wilhelmina menghadiahkan Jam Gadang dan peran arsitek asal Koto Gadang bernama Yazid Rajo Mangkuto dalam pembangunannya.   Suluah.com – Nama Ratu Wilhelmina tak asing bagi rakyat di negeri jajahan Belanda, termasuk Indonesia. Ia meninggalkan banyak cerita yang menjadi kenangan. Cerita itu salah satunya ada di Bukittinggi. Di sinilah, berdiri Jam Gadang yang merupakan hadiah Ratu Wilhelmina. Namun, tak banyak yang tahu bahwa ada seorang arsitek asal Koto Gadang yang berperan besar dalam pembangunan Jam Gadang. Namanya Yazid Rajo Mangkuto. Sejarah Bukittinggi Pada masa kolonial Belanda, Bukittinggi bernama Fort de Kock. Nama itu mengacu pada benteng benteng pertahanan yang dibangun oleh Belanda pada 1826 saat Perang Padri. Setelah Perang Padri usai, Belanda menjadikan Bukittinggi sebagai pusat kedudukan pemerintah kolonial. Belanda melalukan perluasan dan membangun berbagai infrastruktur untuk kepentingan pemerintahannya

Peluncuran Seri Webinar Guru Belajar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

  Peluncuran Seri Webinar Guru Belajar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Kemendikbud mengajak bapak/ibu guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, widyaiswara, orang tua dan para insan pendidikan untuk mengikuti peluncuran Seri Webinar Guru Belajar: "Pembelajaran Tatap Muka Terbatas” yang akan diselenggarakan dan disiarkan langsung di kanal youtube Ditjen GTK Kemdikbud RI, pada Jumat, 28 Mei 2021 pukul 09.00 WIB s.d selesai.

Juknis FLS2N 2021

Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) bertujuan untuk memberikan wadah berkreasi dengan menampilkan karya kreatif dan inovatif peserta didik sekolah dasar dengan mengedepankan sportivitas dalam pengembangan diri secara optimal sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan nih Sobat! 🤩 Pelaksanaan FLS2N kembali dilaksanakan secara Daring. Bidang Lomba apa saja yang di Lomba kan? Bagaimana terkait teknis pelaksanaan setiap cabang lomba?

Suntiang Marapulai

Suntiang yang dipakai Marapulai (mempelai laki-laki) coraknya berbeda dengan suntiang yang dipakai Anak Daro (mempelai perempuan). Suntiang yang dipakai Marapulai tinggi lonjongnya lebih rendah dibandingkan dengan suntiang Anak Daro. Kemudian, lebarnya pun lebih kecil ketimbang suntiang Anak Daro.

LOMBA KOMIK DIGITAL Tingkat Provinsi Sumatera Barat

Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Melalui UPTD Taman Budaya Mempersembahkan LOMBA KOMIK DIGITAL Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tindak lanjut dari workshop yang dilaksanakan pada tanggal 23 – 24 Maret 2021, dengan tema pembuatan komik digital . Lomba ini adalah menciptakan wadah bagi para kreator untuk menampung kreativitas. Lomba komik berbasis IT diarahkan pada peserta remaja dan umum, komik  berbasis IT adalah masa depan kesenian dalam bidang rupa dan perkomikan dunia.  Dengan dilaksanakannya lomba komik berbasiskan IT ini diharapkan akan lahir  para komikus yang handal, yang memiliki kesadaran telah terjadi peralihan dari dunia manual kedunia digital. Tentu saja kita juga wadah persiapan generasi cerdas, tangguh dan bersaing dalam dunia pengetahuan Internasional. PENDAFTARAN: a. Mengisi Formulir Pernyataan Kesediaan yang disediakan panitia b. Pendaftaran karya paling lambat 16 Oktober 2021 melalui link. http://bit.ly/3sLqIOI

Bukit Tinggi 19 Desember 1948

SERANGAN DIKOTA BUKITTINGGI 19 DESEMBER 1948- Pada masa Perang Kemerdekaan, Bukittinggi dijuluki sebagai “ Ibu Kota Kedua Republik Indonesia”  Selama beberapa bulan, pada tahun 1947 Wakil Presiden RI berkedudukan di kota ini. Dari Bukittinggi, Wakil Presiden memimpin dan menggendalikan  pemerintahan dan perjuangan untuk seluruh Sumatera.

Hari Rayo Anam 1442

Di Minangkabau dikenal Hari Rayo Anam yang dirayakan tepat sepekan setelah hari raya pertama (1 Syawal) Aidil Fitri. Masing-masing nagari memiliki cara berbeda dalam merayakannya sesuai dengan sistem ketatanegaraan Minangkabau yang Federasi dan seperti yang diungkapkan pepata "Lain padang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya". Istilah Hari Rayo Anam bermacam-macam pendapat mengemukakan. Ada yang mengatakan karena dirayakan enam hari setelah Hari Raya Gadang (1 Syawal). Pendapat lain menyebutkan karena dirayakan setelah menunaikan Puaso Anam [1] di bulan Syawal.

Aidil Fitri 1442

  Aidil Fitri merupakan hari raya yang selalu dinanti, setiap masyarakat dengan budaya berbeda memiliki cara khas tersendiri dalam menyambut dan merayakan hari besar ini. Berbagai kekhasan ini menjadi salah satu pemikat yang menawan hati sehingga selalu merindukannya setiap tahun. Ini merupakan raya kedua yang kita lalui bersama Covid-19. Terlepas dari pertikaian apakah wabah ini sebenarnya ada atau sekedar permainan orang-orang yang merasa dirinya berkuasa atas nasib orang lain. Namun nan pasti, wabah ini telah menampakkan wajah asli dari orang-orang di sekeliling kita.

Festival Pantun Pendidikan Negeri Serumpun

Ada kabar gembira buat kalian yang gemar membuat pantun. @sekolahindonesiakualalumpur  bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, didukung oleh Jabatan Kebudayaan dan Kesenian Negara (Kuala Lumpur), Kedutaan Besar Republik Indonesia Kuala Lumpur dan Kedutaan Besar Malaysia, mempersembahkan Pertandingan Cerdas Cermat Pantun, Pertandingan Kreasi Lagu Berpantun, dan Webinar Internasional. ( Silahkan kunjungi IG Sekolah Indonesia Kuala Lumpur  untuk informasi lebih lanjut)

Kenapa harus ada Dikhotomi itu?!

  Bukanlah berniat reaktif terhadap isu yang sedang menghangat di kalangan para seniman akhir-akhir ini. Tapi sejak awal saya tidak fahammengapa ada dikhotomi antara Seniman Tradisional dan Seniman Modern, bahkan ada pula Seniman Akademisi.  Mungkin karena dimulai oleh upaya pendikhotomian Kesenian Tradisional dengan Kesenian Moderen, maka lahir pulalah dikhotomi antara Seniman Tradisional dan Seniman Moderen, bahkan muncul pula Seniman Akademisi. Entah apalah defenisinya, saya tidak faham dan tidak mau berfikir untuk memahaminya.  Soal penamaan dan pelabelan, terserah saja. Asalkan berterima di tengah masyarakat, namun yang penting adalah esensinya. Karena tidak melihat adanya urgensi esensial, secara tegas saya menolak adanya dikhotomi antara Kebudayaan Moderen dan Kebudayaan Tradisional. Apalagi muncul istilah Kebudayaan Akademisi. 

Rumah Kadai Kampuang Cino

Sumber Foto: DISINI Kampuang Cino merupakan salah satu Kawasan Lama di Bukittinggi. Di kawasan ini hampir seluruhnya terdiri atas bangunan Rumah Kedai (rumah toko=ruko). Diantara bangunan-bangunan tersebut ada yang berupa bangunan baru atau dibangun selepas kemerdekaan. Namun cukup banyak juga bangunan lama terdapat di kawasan ini. Beberapa orang masyarakat yang setiap hari berlalu-lalang di Kampuang Cino tentunya tak merasa atau mungkin menyadari. Karena sudah biasa dan tidak terlalu memperhatikan deretan Rumah Kedai Lama yang berusaha bertahan di tengah-tengah gempuran perubahan dan masyarakat pragmantis yang semakin menguasai kehidupan.

Awal Mula Berhala di Arab

Foto: Islami.co Sebenarnya jauh sebelum Rasulullah lahir, bangsa Arab masih menganut ajaran tauhid Nabi Ibrahim A.S. Namun lama kelamaan, ajaran tauhid itu luntur dan hanya segelintir saja yang masih memegang teguh ajaran tersebut. Pertama kali penduduk Makkah mulai mengenal berhala karena ada seorang yang membawakannya dari negri lain, yakni Amr bin Luhai. Amr bin Luhai dikenal sebagai orang yang suka melakukan kebaikan dan selalu respek dalam urusan agama. Banyak orang yang mencintainya. Bahkan hampir seluruh bangsa Arab kala itu menganggapnya sebagai salah seorang ulama dan wali yang disegani.

Kupiyah #11

Kupiyah atau kupiah atau kopiah atau orang-orang pada masa sekarang mengenalnya dengan sebutan 'Peci'. Merupakan salah satu aksesoris berpakaian kaum lelaki di Minangkabau dan Melayu yang kini telah menjadi Budaya Nasional. Kata 'Kupiyah' berasal dari Bahasa Arab "Keffiyeh" atau 'Kufiya' yang oleh lidah Melayu menjadi Kopiah  atau   Kupiyah .  Kupiyah telah menjadi salah satu jati diri nasional Indonesia jauh sebelum negara ini dibentuk. Pada masa pergerakan politik pada awal abad ke-20 kupiyah telah digunakan oleh politikus nasionalis Indonesia untuk menunjukkan ciri sebagai sebuah bangsa.  Jauh sebelum itu, Belanda telah membuat peraturan terkait pakaian murid-murid yang bersekolah di sekolah mereka. Peraturan tersebut ialah para murid mesti berpakaian menurut daerah asal mereka. Bagi murid-murid dari Sumatera dan Melayu maka mereka akan menggunakan Kupiyah dan sisampiang  berupa kain sarung sebagai pakaian mereka.

Tingkuluak #10

Tingkuluak merupakan salah satu Hijab perempuan Minangkabau selain Lilik . Penggunaan tingkuluak menjadi bagian dari pakaian adat. Seperti dikenal namanya 'Tingkuluak Tanduak'.  Bentuk Tingkuluak bermacam-macam, ada yang sekadar membungkus kepala sehingga rambut perempuan tidak kelihatan. Namun ada juga yang menutup hingga ke bahu serta ada pula yang mencapai dada. Seperti Tingkuluak Koto Gadang.

Lilik #9

Hijab memiliki banyak bentuk dan nama, sesuai dengan kebudayaan masyarakat yang memakainya. Hijab sendiri merupakan kata yang terdapat dalam Al Qur'an [1] dan Jilbab merupakan suatu kata yang populer dimasa Orde Baru. [2] Buya Hamka menerjemahkan Hijab dan Khimar sebagai 'selendang' atau ada juga yang mengatakan beliau menerjemahkannya sebagai 'Kudung' yang berarti 'Kerudung' [3]. Singkat kata, Hijab merupakan kata Syari'at yang merupakan suatu konsep tentang bagaimana seorang perempuan (muslimah) dalam menutupi salah satu auratnya. Sedangkan dalam ranah kebudayaan dikenal berbagai nama dan bentuk seperti; niqab, burqa, chadar (cadar), hijab, [4] dan lain sebagainya.

Tilakuang #8

  Tilakuang atau orang sekarang mengenalnya dengan 'Mukena' merupakan salah satu pakaian perempuan Melayu dan juga Minangkabau. Tilakuang digunakan dikala hendak menunaikan shalat. Sejenis hijab yang dirancang lebar, besar, dan lapang. Panjangnya beragam namun rata-rata selutut dan ada yang lebih dalam (panjang) hingga mencapai mata kaki. Berwarna putih dan dipadukan dengan kain sarung pada bagian bawah.  Pada masa kini Tilakuang dibuat dengan bermacam warna, motif, dan bahan. Pada masa dahulu, Tilakuang yang digunakan perempuan hampir seragam bentuk dan bahannya. Perbedaannya hanya pada motif, ada yang dibordir, ada yang direnda, serta ada pula yang polos.

Terminal Aua Tajungkang

Foto ini disalin dari kiriman IG Minang_Heritage yang memuat keterangan tahun 1977. Menggambarkan suasana pada sebuah terminal di Bukittinggi. Di kejauhan sana tampak Gunung Singgalang mengintip dari balik gonjong. Sepertinya suasana pada pagi hari yang direkam oleh lensa, belum tampak sibuk betul orang diterminal ini. Tampak dua orang perempuan berok pendek, suatu pemandangan yang janggal bagi orang Minangkabau yang katanya penganut Islam yang taat.