Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Walikota Bukittinggi dari masa ke Masa

  No Wali Kota [1] Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Ket. Wakil Wali Kota 1 Bermawi Sutan Rajo Ameh 1945 1945 — 2 Iskandar Tedjasukmana 1945 1945 3 Djamin Datuk Bagindo 1945 1947 4 Aziz Karim 5 Eni Karim 6 Saadudin Jambek [2] 1950 1952 7 Nauman Djamil Dt. Mangkuto Ameh 1952 1957 8 MB. Dt. Majo Basa Nan Kuning 9 Syahbuddin Latif Dt. Sibungsu 10 dr. Abdoel Rivai 1958 1959 11 Baharuddin Kamil 1959 1960 12 Anwar Maksum Marah Sutan 1960 1966 13 Prof. M. Asril SH 1966 1968 14 H. A. Kamal SH 1968 1976 15 Drs. Masri 1976 1978 16 Drs. Oemar Gaffar 1978 1983 17 Drs. B. Burhanuddin 1983 1988 - Drs. H. Hasan Basri (Pelaksana tugas) 1988 1989 18 H. Armedi Agus 1989 1999 - Drs. Rusdi Lubis (Pelaksana tugas) 1999 2000 19 Drs. H. Djufri 2000 2005

Data Objek Pemajuan Kebudayaan

Ilustrasi: https://bartelegallery.com   Manuskrip   Terdapat beberapa manuskrip yang berada di Kota Bukittinggi, kesemuanya tersimpan di Museum Rumah Adat Nan Baanjuang Kota Bukittinggi: 1.         Mushaf Al Qur’an Lama 2.         Mushaf Al Qur’an Biasa 3.         Kitab Nahwu 4.         Kitab Syaraf   Tradisi Lisan Tradisi lisan di Kota Bukittinggi dilestarikan oleh Etnis Minangkabau dengan bentuk hikayat dan legenda yang berkembang dalam bentuk curaian di tengah-tengah masyarakat . Diantaranya ialah: 1.         Batu Kurai Limo Jorong 2.         Batu Si Kati Muno 3.         Kaba Magek Manandin 4.         Kaba Puti Bungsu 5.         Kaba Rambun Pamenan 6.         Kaba Malin Deman dengan Puti Bungsu 7.         Panitahan 8.         Tambo Nagari Kurai

Bukittinggi - Wilayah Admnistratif

  Ilustrasi: http://www.bukittinggikota.go.id/ Kota Bukittinggi merupakan kota terbesar ke-2 di Sumatera Barat setelah Kota Padang. Terletak di daratan tinggi Minangkabau tepatnya di Lembah Agam yang dikelilingi oleh Pegunungan Bukit Barisan dan diapit oleh Gunung Marapi dan Gunung Singgalang. Memiliki luas kurang lebih 25. 239 Km 2 dengan ketinggian 909-941 m di atas permukaan laut, serta dengan suhu udara berkisar antara 17.1 C s/d 24.9 C dengan iklim udara yang sejuk. Memiliki letak strategis yang merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara, timur, dan selatan Pulau Sumatera. Kota Bukittinggi merupakan bagian dari kesatuan wilayah kebudayaan Luhak Agam dimana lokasi Kota Bukittinggi terletak di Nagari Kurai Limo Jorong, suatu satuan pemerintahan terendah dalam federasi Minangkabau. Luhak Agam berbeda dengan Kabupaten Agam baik dari segi komposisi wilayah maupun administrasi pemerintahan.

Bukittinggi-Sejarah Singkat Wilayah Administrasi

  Ilustrasi Gambar: http://colonialarchitecture.eu Pertumbuhan dan perkembangan Kota Bukittinggi mulai terasa ketika Pemerintah Kolonial Belanda menjadikan Bukittinggi sebagai pusat pemerintahan bagi beberapa pemerintahan (Afdeeling Padangsche Bovenlanden, Onder Afdeeling Oud Agam, dan Gemeente Fort de Kock) serta menyadari potensi dari kota ini di bidang perdagangan dan pariwisata. Selain sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, Bukittinggi juga dikembangkan sebagai kota peristirahatan bagi para petinggi kolonial masa itu. Titik awal perkembangan Kota Bukittinggi terjadi pada 10 Shafar 1199 H atau 20 Desember 1784, dimana Tuanku Nan Tuo (salah seorang ulama berpengaruh di Minangkabau) mengeluarkan   Fatwa Pemberlakuan Hukum Agama untuk Mengatur Perdagangan. Fatwa ini menjadikan Kota Bukittinggi sebagai salah satu pusat dari mata rantai perdagangan di Minangkabau serta menjadi peletak dasar perkembangan Bukittinggi.

Bukittinggi-Latar Belakang Budaya [2]

Ilustrasi Foto: tropen museum Keragaman Budaya Kota Bukittinggi berada di Luhak Agam [1] yang merupakan salah satu dari 3 (tiga) negeri asal orang Minangkabau. Luhak Agam sebagai sebuah kawasan geografis dan budaya merupakan daerah yang terdiri atas federasi beberapa nagari yang plural karena masing-masing nagari yang terdapat dalam wilayah ini memiliki corak adat dan budaya khas yang menjadi pembeda dengan nagari tetangganya. Terdapat 2 (dua) sistem kelarasan di Minangkabau. Koto Piliang dan Bodi Chaniago, kedua sistem ini merupakan sistem ketatanegaraan, falsafah, adat, sistem sosial, dan hukum di Minangkabau yang berpengaruh kepada bentuk penyelenggaraan pemerintahan, kehidupan sosial dan budaya, struktur masyarakat, serta penerapan hukum. [2]

Bukittinggi-Latar Belakang Budaya [1]

Ilustrasi Gambar: https://nl.pinterest.com Corak Budaya Corak budaya yang dominan di Kota Bukittinggi ialah Budaya Minangkabau , dimana Kota Bukittinggi berada di Luhak Agam [1] yang merupakan salah satu dari tiga daerah asal orang Minangkabau. Mendapat julukan Luhak Nan Tangah dan memiliki merah sebagai warna kebesaran dengan lambang Harimau Campo. Nagari Kurai Limo Jorong yang merupakan nagari asal dari Kota Bukittinggi, menganut Kelarasan Koto Piliang yang didirikan oleh Dt. Katumangguangan. Semenjak masa dahulu Kota Bukittinggi menjadi tempat pertemuan bagi para penduduk di Luhak Agam yang memiliki latar belakang corak adat yang berlainan. Sesuai dengan namanya Luhak yang salah satu penafsirannya ialah kurang dan Agam yang juga memiliki salah satu penafsiran seragam. Maka Luhak Agam bermakna “Kurang Seragam”. Nagari-nagari di Luhak Agam (Nagari Kurai termasuk di dalamnya) yang kurang seragam (plural), dimana para penduduk yang berasal dari berbagai macam nagari dengan be

Perihal Marie Thomas

Foto: Jurnalis Travel Kisah Lengkap Marie E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Meninggal di Bukittinggi   Jurnalistravel  -      22 Februari 2021 H ari ini, 17 Februari 2021, Google Doodle memuat gambar seorang perempuan muda berambut hitam, berpakaian dokter, stetoskop tergantung di leher, menggendong bayi, dan di belakangnya ada lampu sorot. Siapakah dia? Dia adalah Marie E. Thomas (1896-1966), dokter perempuan pertama di Hindia Belanda (wilayah sebelum Indonesia merdeka) yang hari kelahirannya hari ini, 17 Februari 1896. Dia adalah perempuan Minahasa yang sekolah kedokteran di STOVIA Batavia, kawin dengan orang Minang, menetap di Bukittinggi dan mendirikan sekolah kebidanan pertama di Sumatra di Bukittinggi. Inilah kisah lengkapnya seperti dimuat di resources.huygens.knaw.nl. Marie E Thomas lahir di Likoepang, Hindia Belanda (sekarang Likupang di Minahasa Utara, Sulawesi Utara) pada 17 Februari 1896. Ia meninggal dalam usia 70 tahun di Bukittinggi, 29 Oktober 1966. M