Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Perihal Bagurau

 Disalin dari kiriman IG Syukri Muncak Sikumbang Bagurau adalah sebutan untuk pertunjukan kesenian Saluang Dendang, yaitu bersenda gurau melalui pantun pantun diiringi instrumen tradisional Saluang.  Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau (yang sebagian besar wilayah Minangkabau berada di Provinsi Sumatera Barat). Dimana alat musik ini berupa alat musik tiup yang terbuat dari bambu tipis atau disebut juga talang.  Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang  untuk jemuran kain atau talang  yang ditemukan hanyut di sungai.

Pakan Malam 1908 di Bukittinggi

  @kababukikttinggi via @nederlands_indie We all know the pasar malam, but did you know the annual festival of Fort de Kock (nowadays known as Bukittinggi) was named 'Pakan Malam'? (Kita semua tahu pasar malam, tapi tahukah Anda festival tahunan Fort de Kock (sekarang dikenal sebagai Bukittinggi) bernama 'Pakan Malam'?) Keterangan foto per slide (sudah ditranslate ke bahasa Indonesia, sumber postingan menggunakan bahasa Inggris). Foto 1 'Pakan Malam (pameran tahunan) di Fort de Kock (Bukittinggi).' - (1908). Di sebelah kanan dapat dilihat paviliun Padangsche Handelmaatschappij (Perusahaan Perdagangan Padang) dan Sindikat Kali di sebelah kiri.)

Alasan Mengapa di Eropa Tidak Banyak Gedung Pencakar Langit

 Disalin dari kiriman FB Ensipedia ID Jika kamu pernah ke Eropa atau hanya melihat-lihat lewat gambar, pasti kamu tidak akan melihat banyak gedung pencakar langit di sana. Ya, di Eropa memang tidak memiliki gedung pencakar langit sebanyak negara-negara di Asia atau Amerika. Lantas, apa yang membuat Eropa tidak banyak memiliki gedung-gedung pencakar langit? Simak penjelasannya berikut ini! Benua Eropa adalah benua termaju di era modern. Eropa sudah lebih dahulu banyak membangun gedung-gedung yang modern walau bukan gedung pencakar langit. Dalam membangun suatu bangunan, orang Eropa memperhatikan nilai keindahan seni dalam arsitektur bangunannya. Sampai sekarang pun, bangunan-bangunan tersebut masih berdiri kokoh dan indah sehingga masih bisa dilihat sampai saat ini.

Syofyani Bustaman*; Mengabdikan Hidup Pada Kesenian

Disalin dari webblog: Bundo Kanduang Dalam pengabdian didunia gerak dan tari, lebih dari 50 tahun – Ibu yang hampir memasuki usia 3/4 abad ini sudah malang melintang dibidang seni. Ia memang pantas disebut sebagai seniwati Minangkabau. Melangkahkan kakinya ke Mancanegara membawa missi kesenian sejak tahun 19 62 silam, dan telah menjejakkan kaki di belahan dunia manapun hingga lebih dari 40 kali kunjungan. Jenis tarian yang dimunculkannya meliputi :  tari pesambahan, tari indang, tari sewah, manggaro, pencak silat, dll. Pertama   kali – Ia mendirikan  group tari dengan beberapa orang mahasiswa Ikip – Padang pada 15 Februari tahun 1962, ketika itu para mahasiswi ini akan mengikuti festifal kebudayaan Mahasiswa di Bali. Sebagai seorang mahasiswa, Syofiani selalu berupaya menjadi pemprakarsa untuk menciptakan tari-tari baru – karena ia memang memiliki bakat dibidang itu. Ia selalu ditunjuk sebagai leader dalam group tari mahasiswa itu. Seluruh kegiatan tari menari ini berpusat di Kota Buki