Bukittinggi-Latar Belakang Budaya [1]
Ilustrasi Gambar: https://nl.pinterest.com |
Corak Budaya
Corak budaya yang dominan di Kota Bukittinggi ialah Budaya Minangkabau, dimana Kota Bukittinggi berada di Luhak Agam[1] yang merupakan salah satu dari tiga daerah asal orang Minangkabau. Mendapat julukan Luhak Nan Tangah dan memiliki merah sebagai warna kebesaran dengan lambang Harimau Campo.
Nagari Kurai Limo Jorong yang merupakan nagari asal dari Kota Bukittinggi, menganut Kelarasan Koto Piliang yang didirikan oleh Dt. Katumangguangan. Semenjak masa dahulu Kota Bukittinggi menjadi tempat pertemuan bagi para penduduk di Luhak Agam yang memiliki latar belakang corak adat yang berlainan.
Sesuai dengan namanya Luhak yang salah satu penafsirannya ialah kurang dan Agam yang juga memiliki salah satu penafsiran seragam. Maka Luhak Agam bermakna “Kurang Seragam”. Nagari-nagari di Luhak Agam (Nagari Kurai termasuk di dalamnya) yang kurang seragam (plural), dimana para penduduk yang berasal dari berbagai macam nagari dengan berbagai macam aliran kelarasan yang dianut, serta dengan dialek Bahasa Minangkabau berlainan saling bertemu dan bercampur di Kota Bukittinggi.
Hal ini semakin memperkaya khazanah kebudayaan Kota Bukittinggi. Tidak hanya dari segi perdagangan dan pariwisata yang meramaikan Kota Bukittinggi namun juga para pelaku seni dengan berbagai macam seni dan aliran yang mereka bawa dan kembangkan di kota ini.
Bukittinggi memiliki beberapa ekspresi seni tradisi yang khas, diantaranya: Tari Piring (di atas kaca), Tari Bagurau, Tari Indang, Tari Pasambahan, Tari Galombang, Saluang, Tambua Tansa, Talempok, Pupuik, dan lain sebagainya.
___________________________
Catatan Kaki:
[1] Bedakan antara Luhak dengan Kabupaten, baiknya kita tidak menyamakan antara Wilayah Kebudayaan dengan Wilayah Administrasi Pemerintahan Moderen. Kota Bukittinggi merupakan bagian dari Luhak Agam namun bukan bagian dari Kabupaten Agam, walau kedua wilayah mengambil nama serupa. 'Luhak' lebih dahulu ada dan merupakan wilayah kuno yang keberadaannya mulai asing bagi sebagian orang Minangkabau. (Selengkapnya baca: Alam Takambang Jadi Guru oleh Ali Akbar Navis atau Sumatera Barat Plakat Panjang oleh Rusli Amran)
Dikutip dari Dokumen PPKD Kota Bukittinggi, hal: 6-7
Komentar
Posting Komentar