Tiang Listrik Kolonial

-


Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) dimaksud berupa benda yang tertanam ke dalam tanah, berbentuk persegi empat dan sepenuhnya terbuat dari besi. Pada bagian atas menancap sisa-sisa potongan besi. Pada bagian dalam terdapat beberapa papan yang diletakkan sembarangan dan pada dasarnya terdapat timbunan tanah. Sebagian dari benda ini berada pada trotoar yang sedang direvitalisasi dan sebagian yang lain berada di tepi Jalan Sudirman. 

Kemungkinan bagian yang berada di bawah tanah tertancap cukup jauh guna menjaga kekokohan dari benda ini. Keadaan objek tidak terawat, berwarna abu-abu kusam yang kemungkinan sudah lama tidak dicat karena terdapat beberapa karat pada fisik objek. Juga terdapat sisa-sisa tempelan kertas poster yang sudah berusia lama. Tidak berhasil ditemui tulisan atau tanda apapun yang dapat dijadikan petunjuk untuk melakukan identifikasi. 


Proses penggalian yang sebelumnya dilakukan telah dihentikan oleh Pihak Penyedia. Dan sesuai dengan instruksi yang mereka terima, objek tersebut tidak akan diganggu. Menurut keterangan petugas kontraktor mereka bersedia membantu melakukan pengecatan. 

Hanya saja mereka membutuhkan petunjuk dalam menggunakan warna apa yang akan dipakai. Untuk saat ini baru terdapat dugaan bahwa benda tersebut termasuk kepada Tiang Listrik merujuk ke objek serupa yang terdapat di Kabupaten Sleman Jogjakarta atau Tiang Telepon merujuk ke benda serupa yang terdapat di Kota Depok. Baik itu Tiang Listrik atau Telpon sama-sama berasal dari Zaman Kolonial Belanda. 

 Silahkan baca juga: 



Foto selengkapnya klik disini

Like & Follow: 
Join Our WAG: Konco Budaya

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

29. Wisma Anggrek

-
Gambar
Wisma Anggrek berada di Jalan Panorama No. 16, Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang, Kecamatan Guguak Panjang. Bangunan ini dulu merupakan bagian dari asrama militer Sekolah Opsir Militer Divisi IX Banteng yang terkenal dengan nama Asrama Bukit Apit. Bangunan ini berturut-turut pernah menjadi Rumah Sakit Tentara (sebelum pindah ke Jl. Sudirman) dan rumah Danrem Wirabraja. Seka - rang bangunan ini dipakai sebagai rumah inap Kodim 0304/Agam. Bangunan di kom-pleks ini terdiri dari 3 unit bangu-nan yang berderet. Bangunan-bangu-nan tersebut meru-pakan bangunan tembok dengan atap dari genteng tanah untuk bangu-nan yang ada di sayap kiri dan tengah, sedangkan bangunan yang ada di sayap kanan menggunakan atap seng. Lantai dari keramik, jendela dan pintu terbuat dari bahan kayu.
Baca selengkapnya

13. Batu Kurai Limo Jorong

-
Gambar
  Batu Kurai Limo Jorong berada di Jalan Kurai, Kelurahan Parit Antang, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh. Menurut cerita tutua  dari masyarakat setempat (disampaikan oleh Dt. Rangkayo dan Dt. Mangkudun) yang dimaksud dengan Batu Kurai Limo Jorong adalah tempat alas duduk bagi beberapa orang penghulu ketika duduk di kerapatan   untuk bermusyawarah. Pada masa dahulu sebelum kedatangan pengaruh asing (Non-Minangkabau) masyarakat Minangkabau telah memiliki peradaban yang maju dimana mereka memiliki sistem ketatanegaraan yang jauh melebihi bangsa Melayu lainnya. Sistem ketatanegaraan berbentuk federasi dari ratusan nagari yang otonom. Masing-masing nagari dipimpin oleh Kerapatan Penghulu (Concil of Elder) yang memiliki wewenang luas dan merupakan Majelis Tertinggi dimana perangkat kerajaan serta Raja Alam yang bertahta di Nagari Pagaruyuangpun tidak dapat melakukan interfensi.
Baca selengkapnya

Garis Waktu Bukittinggi

-
Gambar
    Tahun 1609 Nama Sumatera Barat untuk pertama kalinya muncul pada tahun 1609 pada saat VOC membentuk Unit Pemerintahan untuk wilayah bagian barat pulau Sumatera dengan nama “ Hoofdcomptoir van Sumatra’s Westkust “ (Kawasan Perdagangan Utama Pantai Barat Sumatera) Saiful Guci Catata: Sumatera Westkust sendiri berarti Pantai Barat Sumatera 22 Desember 1784 Hari Kamis tanggal 10 Shaffar 1199 Tuanku Nan Tuo - yang merupakan ulama yang sangat dihormati masa itu - mengeluarkan sebuah fatwa terkait perniagaan yang berlaku di Minangkabau. Fatwa tersebut dikeluarkan disaat ' Basapa '. Penerapan hukum atau penetapan aturan (Undang-Undang/ Qanun) baru dalam perniagaan di Minangkabau memberi dampak yang sangat besar pada Bukittinggi karena kegiatan perniagaan di bandar Darek tersebut menjadi kembali bergairah. Tanggal 10 Shaffar 1199 H ketika dikonvert ke penanggalan Gregorian menjadi 22 Desember 1784 yang berdasarkan Seminar Penetapan Hari Jadi Kota yang diselenggarakan pada tangga...
Baca selengkapnya