39. Los Saudagar
Los Saudagar atau Lorong Saudagar atau masyarakat Bukittinggi dan Agam juga mengenalnya dengan nama Balakang Pasa ialah komplek bangunan ruko peninggalan kolonial yang masih bertahan di Bukittinggi. Pada gempa tahun 2006, sebagian besar dari bangunan ruko disini hancur dan hanya menyisakan puing-puing. Kini hanya sebagian kecil dari bangunan yang masih bertahan.
Komplek bangunan ini telah ditetapkan menjadi Cagar Budaya Nasional dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2010 dengan Nomor Nomor PM.05/PW.007/MKP2010.
======================
Di sebelah timur terdiri dari blok-blok bangunan
berjajar yang dinamakan dengan `belakang pasar` yang dibangun pada tahun 1917
(berdasarkan yang tertera pada salah satu bangunannya). Blok ruko pada daerah
ini menjual barang¬barang kodian, minyak tanah, minyak goreng dan kapuk. Jalan
diantara deretan blok bangunan ini dikenal dengan nama Jalan Saudagar dan Jalan
Kumango, yaitu tempat menjual barang-barang kelontong. Deretan blok bangunan
peninggalan Belanda ini masih bertahan sampai sekarang. (-sekarang, maksudnya ketika tulisan ini dipublikan. Silahkan klik DISINI untuk menuju tulisan asli)
Los Saudagar merupakan deretan rumah - toko (ruko) yang menjadi bagian dari
Pakan Kurai (Pasar Kurai / Pasar Atas Bukittinggi) berdasarkan catatan tahun
yang ada di salah satu sisinya didirikan sekitar tahun 1917-an. Deretan ruko
ini pada mulanya menjual barang-barang kodian, minyak tanah, minyak goreng dan
kapuk. Jalan diantara deretan blok bangunan ini dikenal dengan nama Jalan
Saudagar dan Jalan Kumango, yaitu tempat menjual barang¬barang kelontong.
Deretan blok bangunan peninggalan Belanda ini masih bertahan sampai sampai gempa tahun 2009 menguncang Sumatera Barat yang menghancurkan hampir 95% bangunan cagar budaya ini.
Deretan bangunan los ini merupakan satu-satunya peninggalan fisik yang dapat
menceritakan tentang bagaimana kejayaan/ kondisi Pasar Atas Bukittinggi yang
terkenal dengan sebutan Koto Rang Agam.[1]
Bangunan ruko di sepanjang Los saudagar memiliki karakter arsitektur yang
menarik dan mewakili bentuk arsitektur pada jamannya di daerah pedalaman
Minangkabau yang masih bertahan dan masih menyisakan kemegahannya di masa lalu.
Karakter bangunan deret dengan koridor yang menerus pada sisi kiri-kanannya
dipertegas dengan arcade yang memberikan kenyamanan bagi orang yang menyusuri
koridor di sepanjang Los Saudagar.
Kondisi ini sekarang sudah mengalami perubahan. Orang tidak dapat lagi berjalan
menyusuri koridor bangunan karena sudah tertutup / terhalangi oleh barang
dagangan dan dinding yang sengaja dibuat untuk perluasan dari petak toko.
Letak Los Saudagar berada dalam rangkaian potensi sejarah dan budaya yang ada
di sekitarnya seperti Pasar Atas, Janjang Ampek Puluah, Taman Jam Gadang, Gedung Istana
Bung Hatta, daerah Kampuang Cino, Kebun Binatang Kinantan, dan Benteng de Kock.
Disarikan dari tulisan : Jonny Wongso. Strategi Revitalisasi Kawasan Pusat Kota Bukittinggi. Dalam:
Baca juga: Balakang Pasa A.K.A Los Saudagar
_______________________________
Catatan Kaki oleh Admin:
[1] Koto adalah tahap ketiga dalam pembentukan sebuah nagari, nagari sendiri merupakan unit pemerintahan otonom terendah dalam sistem ketatanegaraan Minangkabau. Koto merupakan suatu kawasan yang memiliki ciri lebih ramai dari kawasan yang lain, tempat orang berkumpul, tempat diselenggarakannya berbagai macam keramaian, dan lain sebagainya.
Agam disini berlainan dengan Kabupaten Agam dimana Bukittinggi tidak termasuk ke dalam wilayahnya. Agam dalam literatur tradisional Minangkabau mengacu ke salah satu dari tiga kawasan inti peradaban Minangkabau yang disebut dengan Luhak. Dimana Kota Bukittinggi merupakan bagian dari wilayah Federasi Luhak Agam.
Sedangkan gelar "Koto Rang Agam" melekat pada Bukittinggi karena di Bukittinggilah sekalian orang-orang dari seluruh nagari di Federasi Luhak Agam bertemu, berkumpul, dan melakukan berbagai aktifitas. Dalam hal ini, aktifitas utama mereka ialah perdagangan.
![]() |
Foto: http://wisatadanbudaya.blogspot.com |
Komentar
Posting Komentar