Langsung ke konten utama

Kebudayaan\2. Sejarah\3. Polisi Wanita

POLISI WANITA DI BUKITTINGGI, 1 SEPTEMBER 1948

 

Kelahiran Polisi Wanita (Polwan) tidak terlepas dari Revolusi Fisik yang tengah berkecamuk di wilayah Republik Indonesia saat itu, yang menyebabkan terjadinya pengungsian besar-besar oleh rakyat guna menghindari titik peperangan. Untuk menghindari penyusupan maka setiap alur pengungsi yang masuk ke wilayah Republik mesti diperiksa dan digeledah. Terkait pemeriksaan tersebut, pengungsi perempuan tidak mau diperiksa dan digeledah oleh polisi laki-laki. Hal ini menimbulkan kendala karena pemeriksaan ini merupakan salah satu upaya dalam mencegah ancaman dalam revolusi yang sedang berlangsung.[1]

Selain itu dalam melakukan penyidikan sebuah kasus yang berkaitan dengan tersangka atau saksi perempuan juga menimbulkan kesulitan. Sehingga menyebabkan polisi pada masa itu kerap meminta bantuan isteri polisi dan pegawai sipil perempuan untuk melaksanakan tugas pemeriksaan fisik.[2]

Terkait kendala tersebut maka Organisasi Wanita dan Organisasi Perempuan Islam di Bukittinggi berinisiatif memberi usulan kepada pemerintah agar perempuan diikutsertakan dalam pendidikan kepolisian. Cabang Jawatan Kepolisian Negara untuk Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi memberikan kesempatan untuk mendidik perempuan pilihan untuk menjadi polisi.[3]

Atas persetujuan dari Kepala Kepolisian Negara di Yogyakarta, Cabang Jawatan Kepolisian Negara untuk Sumatera membuka pendaftaran untuk pendidikan siswa polisi bagi perempuan. Dari sembilan pendaftar, enam orang diantara mereka dinyatakan lulus. Keenam perempuan pertama tersebut ialah:

  1. Mariana Sanin
  2. Nelly Pauna
  3. Rosmalina Loekman
  4. Dahniar Sukotjo
  5. Djasmainar
  6. Rosnalia Taher

Keenam perempuan tersebut mulai mengikuti pendidikan Inspektur Polisi bersama dengan 44 siswa laki-laki di Sekolah Polisi Negara (SPN) Bukittinggi pada tanggal 1 September 1948. Dimana sebelumnya mereka telah bekerja sebagai guru, pegawai, bidan, dan pamong praja. [4]

Dua bulan kemudian yakni pada tanggal 19 September 1948 terjadi Agresi Militer Belanda II, pendidikan terpaksa dihentikan dan keenam perempuan ikut serta dalam perjuangan melawan Belanda. Rosmalina Pramono, Djasmaniar Husein, dan Nelly Pauna Situmorang sempat bergabung dalam kesatuan polisi yang dipimpin oleh Sulaiman Effendi, Kepala Polisi Sumatera Tengah.[5]

Setelah pengakuan kedautlatan, pada tanggal 19 Juli 1950, keenam calon inspektur polisi perempuan  dipanggil kembali untuk menjalani pendidikan Inspektur Polisi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Sukabumi.[6] Pada saat itu, SPN di Yogyakarta dan Bukittinggi ditutup dan kemudian pendidikan dipusatkan di SPN Sukabumi.

Pada tanggal 1 Mei 1951 ke enam calon inspektur polisi wanita berhasil menyelesaikan pendidikan dan mulai bertugas. Penugasan mereka diatur melalui Order Kepala Kepolisian Negara No.Pol.:18/II/51. Untuk sementara mereka ditempatkan di kantor Jawatan Kepolisian Indonesia Pusat bagian Inspeksi Daerah serta diperbantukan kepada Kepala Polisi Jakarta Raya untuk menjalankan tugas di lapangan dan kantor polisi.[7]

Mereka diberikan tugas khusus menyangkut kepolisian terkait dengan wanita, anak-anak, dan masalah-masalah sosial seperti mengusut, memberantas dan mencegah kejahatan yang dilakukan oleh atau terhadap wanita dan anak-anak; memberi bantuan kepada polisi umum dalam pengusutan dan pemeriksaan perkara terhadap terdakwa atau saksi khusus untuk memeriksa fisik kaum wanita yang tersangkut atau terdakwa dalam suatu perkara; mengawasi dan memberantas pelacuran, perdagangan perempuan dan anak-anak.[8]

 

TUGU POLWAN[9]

Dalam rangka memperingati kelahiran Polwan di Indonesia, maka dibangun monumen Polwan di Bukittinggi, Sumatera Barat yang diresmikan oleh Kapolri pada saat itu Jenderal Polisi Drs. Banoeroesman Astrosemitro pada tanggal 27 April 1993.

Tahun 2014 atas prakarsa Ibu Asuh Polwan RI, Ny. Elly Sutarman, agar Polwan mengunjungi Manumen Polwan yang ada di Bukittinggi, di mana kondisi monumen tersebut sudah rusak berat.

Tahun 2015 bulan Februari Kabag Gassus Biro Binkar SSDM Polri Kombes Pol. Apriastini Baktibugiansri K., S.I.K., melaporkan kepada As SDM Kapolri Irjen Pol. Drs. Sabar Rahardjo, M.B.A. Kemudian atas petunjuk dan arahan As SDM Kapolri untuk ditindak lanjuti oleh senior-senior Polwan.

Senior Polwan melaksanakan survei ke Monumen Polwan dan hasil survei bahwa Monumen Polwan rusak berat, sehingga perlu diadakan pemugaran.

Tahun 2015 bulan Februari: dilakukan peletakan batu pertama pemugaran Monumen Polwan oleh Kapolda Sumatera Barat, Brigjen Pol. Drs. Bambang Sri Herwanto, S.H., M.H., dihadiri oleh Walikota Bukittinggi dan senior Polwan.

Tahun 2015 dari bulan Februari s.d. Agustus: Monumen Polwan dipugar dan selesai pada bulan Agustus.

Pada tanggal 1 September 2015, bertepatan dengan hari jadi Polwan ke-67, Pemugaran Monumen Polwan diresmikan oleh Bapak kapolri ke-22, Jenderal Pol. Drs. Badrodin Haiti, beserta Ibu Asuh Polwan RI, dihadiri Pejabat Utama (PJU) Polri, Pejabat Pemkot Bukittinggi dan 1.000 Polwan RI merupakan perwakilan dari Polda-polda se-Indonesia.



 

Catatan:

Tulisan ini disarikan dari 2 (dua) situs yang memuat sejarah Polisi Wanita yakni: https://museumpolri.org/home/sejarah_polwan dan https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/polwan-sejarah-pendidikan-organisasi-tantangan yang memerlukan penelitian lebih lanjut.


Tulisan lain terkait Sejarah Polwan silahkan lihat di bawah Catatan Kaki


Catatan Kaki:

[9] ibid

Terkait sejarah Poliwan, berikut kami tampilkan judul beserta tautan untuk menuju ke tulisan dimaksud:

  1. Sejarah Polwan - museumpolri.org
  2. Polwan: Mereka Lahir di Bukittinggi - Hasril Chaniago
  3. Polwan: Sejarah, Pendidikan, Organisasi, & Tantangan - kompaspedia.com
  4. Monumen Polwan di Bukittinggi - Pekerja Museum
  5. Sejarah Polisi Republik Indonesia
  6. Polisi Wanita- Wikipedia
  7. Sejarah Polisi Wanita Republik Indonesia
  8. Sejarah Polisi Wanita Indonesia - Page FB_ Ikatan Alumni Sepolwan
  9. Kapolri Badrodin Haiti resmikan Monumen Polwan - 2016
  10. Hari Polwan, Inilah sejarah terbentuknya Polisi Wanita - idntimes.com
  11. 1 September 1948: Sejarah Polwan bermula dari 6 perempuan dimasa perang - elshinta.com
  12. Perjuangan berdirinya Polisi Wanita - indonesiabaik.id
  13. Perintis Polisi Wanita Indonesia - indonesiabaik.id
  14. Tahu Sejarah Polwan? Ini 6 Perempuan Minang Perintis Polwan - nasional.tempo.co
  15. Kisah enam prajurit wanita Bukittinggi, Polwan Pertama di Indonesia - megapolitan.compas.com
  16. Hari ini 1 September, Polwan lahir di Bukittinggi - beritalima.com
  17. Sejarah polisi wanita di Indonesia -  bobo.grid.id
  18. Sejarah Polwan berasal dari 6 Perempuan di masa Perang - tirto.id
  19. Sejarah mencatat, Polwan memanusiakan citra polisi yang keras dan berjarak - megapolitan.compas.com
  20. Wanita Bonjol Polwan Pertama Indonesia
  21. Ini Sejarah Berdirinnya Polwan Indonesia
  22. Bukittinggi ternyata Kota Kelahiran polwan, begini Sejarahnya
  23. 1 September 1948: Polisi Wanita Lahir di Bukittinggi Sumatera Barat
  24. Sejarah Polwan, bermula dari 6 perempuan di masa perang
  25. Sejarah Polisi Wanita di Indonesia
  26. Rujuk Sejarah 6 Polisi Wanita Pertama di Bukittinggi, Polda Sumbar Peringati Hari Polwan





Komentar

Acap Dilihat

Rumah Pengasingan Bung Hatta di Banda Neira

Halo Sahabat Budaya!!! Tahukah kalian kalau di wilayah Kecamatan Banda  [Kabupaten Maluku Tengah, Maluku] banyak terdapat rumah pengasingan bagi tokoh-tokoh politik Indonesia pada zaman penjajahan Belanda? Pada kesempatan kali ini kita akan membahas salah satu rumah pengasingan yang ada, yaitu rumah pengasingan Bung Hatta. Simak penjelasan di flyer bawah. Disalin dari IG BPCB Malut

20. Sekolah MULO (SMP N 3&4 Bukittinggi)

Ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kota Bukittinggi berdasarkan  SK Walikota No. 188.45-335-2021 Tanggal 30 Desember 2021 Bangunan SMP 3 dan 4 atau dahulu merupakan SMP 2 berada di Jalan Panorama, Kelurahan Kayu Kubu, Kecamatan Guguak Panjang . Berdasarkan keterangan yang didapat dari kepala sekolah, bangunan sekolah ini merupakan Sekolah MULO (sekolah menengah) pada masa Kolonial Belanda. Hingga tahun 1945 bangunan ini masih difungsikan sebagai sekolah menengah oleh pemerintah Indonesia. Setelah sekolah menengah di tiadakan kemudian pada tahun berikutnya beralih fungsi sebagai tempat percetakan "Oeang Republik Indonesia (ORI)". 

Dongeng: Nenek Tua dan Ikan Gabus

  SDN06BatamKota | Dahulu kala, ada seorang Nenek Tua yang sangat miskin. Pakaiannya, hanya yang melekat di badannya. Itu pun sudah compang-camping. Pekerjaan sehari-hari Nenek Tua itu sebagai pencari kayu bakar di hutan untuk ditukarkan dengan makanan. Di saat musim kemarau, di hutan itu, banyak sungai yang kering, dan kekurangan air. Nenek Tua pun pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Ketika  sampai di hutan itu, Nenek Tua itu melihat banyak sekali ikan gabus di tempat yang kekeringan, mereka sedang menggelepar-gelepar. Dia begitu gembira. “Mungkin ini rezekiku. Aku akan merasakan lezatnya daging ikan gabus. Nanti, aku akan goreng sebagian dan sebagian lagi kujual,"ujarnya membatin. Lalu, ia pun menjongkok, sambil menyaksikan ikan-ikan gabus yang menggelepar-gelepar itu. Namun, lama-kelamaan, nenek tua itu berubah niat, ia menjadi iba. Akhirnya, ia mengurungkan niatnya mengambil ikan-ikan gabus itu. Dia hanya diam, sambil memandangi ikan-ikan gabus yang tid

Perempuan Minang

Perempuan Melayu yang merdeka Berkuasa atas harta pusaka Menjadi tuan dalam keluarga Dimuliakan dalam Syari'at Diagungkan dalam Adat Perempuan Minang Baju kurung marwah dijaga Tak ada konde melainkan hijab ianya Jayalah Minang Jayalah Melayu Jayalah Islam April 2018

Pelestarian Rumah Dinas Gubernur Sumatera

@bukittinggimediacenter - Walikota Bukittinggi, Erman Safar hadiri Rapat Koordinasi bersama Menko Polhukam Mahfud MD dan pejabat utama tujuh kementerian serta bupati, walikota, dan Gubernur Sumatera Barat, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (23/3/2021). Pertemuan tersebut dalam rangka pembahasan finalisasi draft Instruksi Presiden mengenai percepatan pembangunan Monumen dan Tugu bersejarah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Secara historikal dan sejarah PDRI tersebar di beberapa Kota dan Kabupaten di Sumatera Barat. Menurut Erman, dalam proses finalisasi draft Instruksi Presiden tersebut dirinya mengusulkan beberapa titik lokasi bukti sejarah bahwa Kota Bukittinggi mengambil peran besar terbentuknya PDRI. "Salah satunya rumah bekas Gubernur Sumatera Tengah dimasa itu, Tengku Mohd. Hasan yang pernah digunakan sebagai tempat penetapan Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai Ketua PDRI" Ujar @ermansafar. Rumah tersebut, menurut Erman, memiliki nilai sej

Pabukoan

Kata Minang Klasik berikutnya ialah 'Pabukoan' merupakan kata 'buko' atau buka yang diberi awalan dan akhiran 'pa-an'. 'Pabukoan' merujuk pada hidangan yang disantap ketika berbuka puasa. Pada masa dahulu hidangan berbuka puasa atau 'pabukoan' tidak dijual seramai sekarang. Zaman dahulu - tatkala waktu Magrib masuk sebagai tanda berbuka puasa - kebanyakan orang langsung menyantap hidangan nasi beserta lauk pauknya, hanya beberapa yang memutuskan untuk shalat terlebih dahulu. Hidangan seperti kolak disantap ketika pulang dari surau menunaikan Tarawih.

Bukittinggi - Wilayah Admnistratif

  Ilustrasi: http://www.bukittinggikota.go.id/ Kota Bukittinggi merupakan kota terbesar ke-2 di Sumatera Barat setelah Kota Padang. Terletak di daratan tinggi Minangkabau tepatnya di Lembah Agam yang dikelilingi oleh Pegunungan Bukit Barisan dan diapit oleh Gunung Marapi dan Gunung Singgalang. Memiliki luas kurang lebih 25. 239 Km 2 dengan ketinggian 909-941 m di atas permukaan laut, serta dengan suhu udara berkisar antara 17.1 C s/d 24.9 C dengan iklim udara yang sejuk. Memiliki letak strategis yang merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara, timur, dan selatan Pulau Sumatera. Kota Bukittinggi merupakan bagian dari kesatuan wilayah kebudayaan Luhak Agam dimana lokasi Kota Bukittinggi terletak di Nagari Kurai Limo Jorong, suatu satuan pemerintahan terendah dalam federasi Minangkabau. Luhak Agam berbeda dengan Kabupaten Agam baik dari segi komposisi wilayah maupun administrasi pemerintahan.

2. Sejarah\6.Koran Lama

 Klik pada judul untuk menuju kiriman dimaksud: Bintang Timoer Pelipoer Hati El Adab Djauharah Majalah  Al Moenir Pengantar Perdamaian Majalah Pengetahuan Majalah Sumatera Majalah Pemimpin Nagari Majalah Iqbaloel Haq Majalah Oetoesan Andalas Majalah Penoentoen Perjoeangan Surat Kabar Inshaf Majalah Matoea Saijo Majalah Raya Berita Koerai No.2 Th 1940 Buku: Buku "Mata Penghidoepan" Cetakan I, yang disusun oleh Bachtiar Al Aminy dan dicetak di Fort de Kock (Bukittinggi, Sumatera Barat .

Bioskop Lintas Generasi di Kota Bukittinggi itu bernama Bioskop Eri

Bioskop Eri, salah satu bioskop legendaris yang ada di Kota Bukittinggi. Bioskop yang menjadi primadona pada tahun 80an hingga 90an ini masih aktif hingga saat ini meskipun berada pada titik nadir perjalanannya. Saat ini Bioskop Eri hanya buka pada waktu-waktu tertentu dengan stok film jadul yang masih diputar dengan tiket murah meriah.

Bung Hatta meninjau proyek pembangunan Gelanggang Olahraga

  Setelah Pekan Olahraga Nasional Pertama (PON I) tanggal 9 - 12 September 1948 Sukses. Indonesia kembali menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke II di Jakarta pada tanggal 21 Oktober-28 Oktober 1951. Sebelum penyelenggaraan dilangsukan Wakil Presiden Moh. Hatta bersama Ketua PON ke-2 Dr. Halim, Sekretaris Jenderal Kementerian Penerangan RI Roeslan Abdulgani, dan beberapa wartawan mengunjungi area lahan pembangunan Stadion Nasional di Lapangan Merdeka, Jakarta.