Wisma Anggrek berada di Jalan Panorama No. 16, Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang, Kecamatan Guguak Panjang. Bangunan ini dulu merupakan bagian dari asrama militer Sekolah Opsir Militer Divisi IX Banteng yang terkenal dengan nama Asrama Bukit Apit. Bangunan ini berturut-turut pernah menjadi Rumah Sakit Tentara (sebelum pindah ke Jl. Sudirman) dan rumah Danrem Wirabraja. Seka - rang bangunan ini dipakai sebagai rumah inap Kodim 0304/Agam. Bangunan di kom-pleks ini terdiri dari 3 unit bangu-nan yang berderet. Bangunan-bangu-nan tersebut meru-pakan bangunan tembok dengan atap dari genteng tanah untuk bangu-nan yang ada di sayap kiri dan tengah, sedangkan bangunan yang ada di sayap kanan menggunakan atap seng. Lantai dari keramik, jendela dan pintu terbuat dari bahan kayu.
Batu Kurai Limo Jorong berada di Jalan Kurai, Kelurahan Parit Antang, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh. Menurut cerita tutua dari masyarakat setempat (disampaikan oleh Dt. Rangkayo dan Dt. Mangkudun) yang dimaksud dengan Batu Kurai Limo Jorong adalah tempat alas duduk bagi beberapa orang penghulu ketika duduk di kerapatan untuk bermusyawarah. Pada masa dahulu sebelum kedatangan pengaruh asing (Non-Minangkabau) masyarakat Minangkabau telah memiliki peradaban yang maju dimana mereka memiliki sistem ketatanegaraan yang jauh melebihi bangsa Melayu lainnya. Sistem ketatanegaraan berbentuk federasi dari ratusan nagari yang otonom. Masing-masing nagari dipimpin oleh Kerapatan Penghulu (Concil of Elder) yang memiliki wewenang luas dan merupakan Majelis Tertinggi dimana perangkat kerajaan serta Raja Alam yang bertahta di Nagari Pagaruyuangpun tidak dapat melakukan interfensi.
SDN06BatamKota | Dahulu kala, ada seorang Nenek Tua yang sangat miskin. Pakaiannya, hanya yang melekat di badannya. Itu pun sudah compang-camping. Pekerjaan sehari-hari Nenek Tua itu sebagai pencari kayu bakar di hutan untuk ditukarkan dengan makanan. Di saat musim kemarau, di hutan itu, banyak sungai yang kering, dan kekurangan air. Nenek Tua pun pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Ketika sampai di hutan itu, Nenek Tua itu melihat banyak sekali ikan gabus di tempat yang kekeringan, mereka sedang menggelepar-gelepar. Dia begitu gembira. “Mungkin ini rezekiku. Aku akan merasakan lezatnya daging ikan gabus. Nanti, aku akan goreng sebagian dan sebagian lagi kujual,"ujarnya membatin. Lalu, ia pun menjongkok, sambil menyaksikan ikan-ikan gabus yang menggelepar-gelepar itu. Namun, lama-kelamaan, nenek tua itu berubah niat, ia menjadi iba. Akhirnya, ia mengurungkan niatnya mengambil ikan-ikan gabus itu. Dia hanya diam, sambil memandangi ikan-ikan gabus ...
Komentar
Posting Komentar