Langsung ke konten utama

Makna Motif Songket

 

Inspirasi desain motif songket bisa berasal dari hal-hal yang ada disekitar alam Minangkabau, bahkan dari makanan sekalipun. Salah satu desain motif yang terinspirasi dari makanan adalah motif Saik Kalamai.

Kalamai adalah makanan yang terbuat dari tepung ketan, santan dan gula merah. Kalamai dimasak sedemikian rupa sambil diaduk sampai menjadi kental dan berwarna pekat.

Desain Saik Kalamai menjadi lambang kerja keras dan kehati-hatian serta keuletan, selain itu juga dimaknai sebagai lambang menghormati tamu. Dalam upacara adat seperti Batagak Penghulu, pada beberapa nagari, Kalamai merupakan pangan wajib untuk dihidangkan.
Ragam hias motif akan menentukan berapa lama proses pengerjaan sebuah kain songket. Setiap motif memiliki variasi dan tingkat kesulitan masing-masing.

Motif songket diwariskan secara temurun-temurun, motif yang hari ini kita lihat adalah motif yang telah diciptakan oleh generasi-generasi sebelumnya.

Pengalaman hidup, alam dan berbagai hal disekitar menjadi inspirasi penciptaan motif songket, seperti pepatah Minangkabau yang berbunyi "Alam takambang jadi guru" yang berarti segala yang ada di alam kehidupan dapat dipelajari, dalam konteks songket, apa yang ada di alam dapat dituangkan dalam bentuk motif.

Nantikan informasi lebih banyak tentang songket hanya di Pameran Temporer Museum Adityawarman.

Mari kenali dan bangga dengan kekayaan warisan budaya Sumatera Barat bersama @museumadityawarman .

Salam Museum dihatiku.

Sumber : Agusti Efi, Ragam Hias Songket Minangkabau : Lambang dan Makna (2009).

Disalin dari IG Museum Adityawarman











Komentar

Acap Dilihat

Rumah Pengasingan Bung Hatta di Banda Neira

Halo Sahabat Budaya!!! Tahukah kalian kalau di wilayah Kecamatan Banda  [Kabupaten Maluku Tengah, Maluku] banyak terdapat rumah pengasingan bagi tokoh-tokoh politik Indonesia pada zaman penjajahan Belanda? Pada kesempatan kali ini kita akan membahas salah satu rumah pengasingan yang ada, yaitu rumah pengasingan Bung Hatta. Simak penjelasan di flyer bawah. Disalin dari IG BPCB Malut

Pawai Budaya di Batusangkar 2017

Mengikuti kegiatan Pawai Budaya yang diadakan di Istano Basa Pagaruyuang Batusangka pada hari Rabu tanggal 29 November 2017. Foto lengkap silahkan klik disini dan disini  

Pabukoan

Kata Minang Klasik berikutnya ialah 'Pabukoan' merupakan kata 'buko' atau buka yang diberi awalan dan akhiran 'pa-an'. 'Pabukoan' merujuk pada hidangan yang disantap ketika berbuka puasa. Pada masa dahulu hidangan berbuka puasa atau 'pabukoan' tidak dijual seramai sekarang. Zaman dahulu - tatkala waktu Magrib masuk sebagai tanda berbuka puasa - kebanyakan orang langsung menyantap hidangan nasi beserta lauk pauknya, hanya beberapa yang memutuskan untuk shalat terlebih dahulu. Hidangan seperti kolak disantap ketika pulang dari surau menunaikan Tarawih.

20. Sekolah MULO (SMP N 3&4 Bukittinggi)

Ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kota Bukittinggi berdasarkan  SK Walikota No. 188.45-335-2021 Tanggal 30 Desember 2021 Bangunan SMP 3 dan 4 atau dahulu merupakan SMP 2 berada di Jalan Panorama, Kelurahan Kayu Kubu, Kecamatan Guguak Panjang . Berdasarkan keterangan yang didapat dari kepala sekolah, bangunan sekolah ini merupakan Sekolah MULO (sekolah menengah) pada masa Kolonial Belanda. Hingga tahun 1945 bangunan ini masih difungsikan sebagai sekolah menengah oleh pemerintah Indonesia. Setelah sekolah menengah di tiadakan kemudian pada tahun berikutnya beralih fungsi sebagai tempat percetakan "Oeang Republik Indonesia (ORI)". 

Bukittinggi - Wilayah Admnistratif

  Ilustrasi: http://www.bukittinggikota.go.id/ Kota Bukittinggi merupakan kota terbesar ke-2 di Sumatera Barat setelah Kota Padang. Terletak di daratan tinggi Minangkabau tepatnya di Lembah Agam yang dikelilingi oleh Pegunungan Bukit Barisan dan diapit oleh Gunung Marapi dan Gunung Singgalang. Memiliki luas kurang lebih 25. 239 Km 2 dengan ketinggian 909-941 m di atas permukaan laut, serta dengan suhu udara berkisar antara 17.1 C s/d 24.9 C dengan iklim udara yang sejuk. Memiliki letak strategis yang merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara, timur, dan selatan Pulau Sumatera. Kota Bukittinggi merupakan bagian dari kesatuan wilayah kebudayaan Luhak Agam dimana lokasi Kota Bukittinggi terletak di Nagari Kurai Limo Jorong, suatu satuan pemerintahan terendah dalam federasi Minangkabau. Luhak Agam berbeda dengan Kabupaten Agam baik dari segi komposisi wilayah maupun administrasi pemerintahan.

2. Sejarah\6.Koran Lama

 Klik pada judul untuk menuju kiriman dimaksud: Bintang Timoer Pelipoer Hati El Adab Djauharah Majalah  Al Moenir Pengantar Perdamaian Majalah Pengetahuan Majalah Sumatera Majalah Pemimpin Nagari Majalah Iqbaloel Haq Majalah Oetoesan Andalas Majalah Penoentoen Perjoeangan Surat Kabar Inshaf Majalah Matoea Saijo Majalah Raya Berita Koerai No.2 Th 1940 Buku: Buku "Mata Penghidoepan" Cetakan I, yang disusun oleh Bachtiar Al Aminy dan dicetak di Fort de Kock (Bukittinggi, Sumatera Barat .

Lomba Edukasi Publik Museum Adityawarman

Flyer selengkapnya di:  Bukittinggi, Culture, History, & Arts Museum Adityawarman mengadakan Lomba Edukasi Publik, kegiatan lomba dilaksanakan secara daring (online) dengan media sosial. Lomba terdiri dari Lomba Piktogram, Lomba Animasi Karakter Arca Bhairawa, Lomba Video Pendek Kenangan, Lomba Photo Lama, dan Lomba Mengambar Koleksi. Peserta lomba harus memiliki media sosial FB (Facebook) dan IG (Instagram) kecuali Lomba Mengambar Koleksi cukup FB. Karya mulai di posting di media sosial mulai 23 Sept – 23 Okt 2020. Penilaian akhir lomba hingga 25 Oktober 2020 oleh juri dan Pengumuman hasil Lomba 27 Oktober 2020. Persyaratan Umum :

15. Istana Bung Hatta

No Regnas: RNCB.20100108.02.000359 SK Manteri: SK Menteri No 267/M/2016 Status: Cagar Budaya Nasional,              Dilindungi  Undang Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Istana Bung Hatta berada di Jalan Istana No mor 1, Kelurahan Benteng Pasar Atas, Kecamatan Guguak Panjang. Riwayat pembangunan gedung ini tidak diketahui dengan pasti, Sebelum diubah menjadi Istana Kepresidenan (Bung Hatta), bangunan ini bernama Gedung Negara Triarga. Sekarang gedung ini berfungsi sebagai rumah tamu negara bila berkunjung ke Bukittingi.

Bung Hatta meninjau proyek pembangunan Gelanggang Olahraga

  Setelah Pekan Olahraga Nasional Pertama (PON I) tanggal 9 - 12 September 1948 Sukses. Indonesia kembali menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke II di Jakarta pada tanggal 21 Oktober-28 Oktober 1951. Sebelum penyelenggaraan dilangsukan Wakil Presiden Moh. Hatta bersama Ketua PON ke-2 Dr. Halim, Sekretaris Jenderal Kementerian Penerangan RI Roeslan Abdulgani, dan beberapa wartawan mengunjungi area lahan pembangunan Stadion Nasional di Lapangan Merdeka, Jakarta.