Langsung ke konten utama

Mairik Saha

 


Berasal dari dua kata yakni "Mairik" dan  "Saha". Mairik merupakan kata irik yang diberi awaln ma-, Irik berarti 'tarik' jadi mairik berarti 'menarik'. Sedangkan Saha berarti ''Puasa' (lihat tulisan sebelumnya DISINI). Jadi dari segi bahasa berarti 'Menarik Puasa', dan kami yakin tuan pasti bingung. Tentunya kita tidak akan dapat memaknai dengan terjemahan secara bahasa yang demikian.

Untuk lebih mudahnya, Mairik Saha padanannya dalam Bahasa Gaul ialah 'Ngabuburit'. Apabila disebut kata yang satu itu, tentu tuan-tuan dengan mudah dapat memahami, demikian bukan? Kata ini hampir tidak dipakai lagi oleh orang di Minangkabau, kecuali pada beberapa tempat yang masih bertahan dengan karakteristik Budaya Minangkabau. Karena bagi orang-orang yang merasa 'moderen' menggunakan Bahasa Minangkabau tanda terbelakang, kampungan, udik, atau dungu. Kebanyakan dari mereka bercakap Indo atau Indomie (bahasa Indonesia, Gaul, & Minang dicampur penggunaannya) dan mereka bangga dengan hal tersebut.

Untuk lebih mudahnya tuan memahami, kami sertakan sebuah tulisan yang menerangkan makna dari Mairik Saha  tersebut, silahkan tuan baca:


Kerap kali inyiak-inyiak dan nenek-nenek di kampung bertanya “Bilo ang basaha..?”[1] atau ketika kami tanya “Lai talok di inyiak puaso kini ko..?”

“Puaso lai indak, saha lai talok..” jawab mereka dengan gurauan khasnya.

Saha merupakan sebutan lain untuk puasa dalam Bahasa Minangkabau. Namun pada masa sekarang, bersama beberapa kosakata lama lainnya, kata saha mulai dilupakan orang. Kecuali oleh para generasi tua.

Pada masa sekarang anak-anak muda Minangkabau telah mengenal dan mulai pula menggunakan kata “ngabuburit”. Merupakan bahasa gaul khas anak-anak Jakarta yang cepat menyebar ke daerah melalui media televisi dan cetak. Makna kata dari ngabuburit ialah mengisi waktu luang menjelang berbuka puasa.

Pada masa sekarang kata-kata ngabuburit semakin sering dipakai oleh anak-anak muda Minangkabau, menggantikan kata-kata ma i-rik saha. Ya..tuan, ma i irik saha merupakan kata-kata asli orang Minangkabau untuk menyebut kegiatan yang dilakukan dalam menanti waktu berbuka tiba.

Ma i-rik saha terdiri dari dua kata yakni ma i-rik yang berarti menarik dan saha yang berarti puasa. Jadi kalau diterjemahkan ma i-rik saha ialah menarik puasa. Sungguh lucu dan aneh memang terjemahannya, mungkin maksudnya secara harfiah ialah menarik puasa sampai ke waktu berbuka. Sebab bagi sebagian orang, berpuasa merupakan beban, maklumlah tuan tidak semua orang Islam itu beriman. Bukankah Allah sudah memperingatkan dalam Kitabnya bahwa sebagian besar orang berpuasa yang di dapatnya ialah haus dan lapar. Bagi orang-orang semacam ini, ngabuburit atau ma i-rik saha merupakan cara yang handal untuk melupakan lamanya waktu berbuka.

Ketika kami masih kana-kanak, orang-orang ma i-rik saha dengan berjalan-jalan keliling kampung. Sering aku berfikir “bagaimana pula mereka ini, bukankah badan letih dan lapar, pergi pula berjalan-jalan keliling kampung. Bukankah tambah lapar kita dibuatnya..?”

Atau ada pula yang memain sepak takrau, bersepeda, atau sekedar duduk-duduk sambil maota-ota di tengah simpang. Kegiatan yang terakhir merupakan kegiatan yang dapat merusak puasa. Kalau orang zaman sekarang lebih banyak berjalan-jalan sambil berleha-leha dengan mengendarai motor. Bagi yang lelaki biasanya mereka akan mandi dulu yang bersih, kemudian memakai pakaian mereka yang paling keren dan gaul, selepas itu mereka akan mengendarai motor kesayangan mereka dengan congkak. Tanpa menggunakan helem, biasanya bersama kawan-kawan seusia mereka akan berjalan-jalan keliling kampung dengan motor mereka yang telah dimodifikasi. Tebar pesona..

Lain padang lain belalang, lain lubuk lain pulang ikannya. Di daerah lain tentu serupa tapi tak sama dengan di kampung kami. Tapi kami yakin, pasti acara menjelang berbuka ini didominasi oleh anak muda. Tebar pesona, sudah menjadi pemandangan biasa. Yang perempuan bersolek, berbedak yang tebal. Sedangkan bagi lelaki akan lebih lama di muka cermin, mengubah-ubah gaya rambut mereka. Selepas itu mereka akan pergi ke luar rumah, biasanya berkelompok bersama kawan-kawan mereka. Apa tujuan mereka? Apakah hendak menanti waktu berbuka? Bukan tuan, melainkan mencari pasangan.. atau menghabiskan waktu dengan pasangan menjelang berbuka. Sungguh pekak mereka, disaat-saat terakhir puasa mereka malah merusak bahkan mungkin saja membatalkan puasa.

Demikianlah tuan, bagaimana dengan tuan dan engku..?

Disalin dari: Pelita Ketjil

Kunjungi kami di: linktr.ee/kebudayaan

Komentar

Acap Dilihat

Rumah Pengasingan Bung Hatta di Banda Neira

Halo Sahabat Budaya!!! Tahukah kalian kalau di wilayah Kecamatan Banda  [Kabupaten Maluku Tengah, Maluku] banyak terdapat rumah pengasingan bagi tokoh-tokoh politik Indonesia pada zaman penjajahan Belanda? Pada kesempatan kali ini kita akan membahas salah satu rumah pengasingan yang ada, yaitu rumah pengasingan Bung Hatta. Simak penjelasan di flyer bawah. Disalin dari IG BPCB Malut

Dongeng: Nenek Tua dan Ikan Gabus

  SDN06BatamKota | Dahulu kala, ada seorang Nenek Tua yang sangat miskin. Pakaiannya, hanya yang melekat di badannya. Itu pun sudah compang-camping. Pekerjaan sehari-hari Nenek Tua itu sebagai pencari kayu bakar di hutan untuk ditukarkan dengan makanan. Di saat musim kemarau, di hutan itu, banyak sungai yang kering, dan kekurangan air. Nenek Tua pun pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Ketika  sampai di hutan itu, Nenek Tua itu melihat banyak sekali ikan gabus di tempat yang kekeringan, mereka sedang menggelepar-gelepar. Dia begitu gembira. “Mungkin ini rezekiku. Aku akan merasakan lezatnya daging ikan gabus. Nanti, aku akan goreng sebagian dan sebagian lagi kujual,"ujarnya membatin. Lalu, ia pun menjongkok, sambil menyaksikan ikan-ikan gabus yang menggelepar-gelepar itu. Namun, lama-kelamaan, nenek tua itu berubah niat, ia menjadi iba. Akhirnya, ia mengurungkan niatnya mengambil ikan-ikan gabus itu. Dia hanya diam, sambil memandangi ikan-ikan gabus yang tid

Pelestarian Rumah Dinas Gubernur Sumatera

@bukittinggimediacenter - Walikota Bukittinggi, Erman Safar hadiri Rapat Koordinasi bersama Menko Polhukam Mahfud MD dan pejabat utama tujuh kementerian serta bupati, walikota, dan Gubernur Sumatera Barat, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (23/3/2021). Pertemuan tersebut dalam rangka pembahasan finalisasi draft Instruksi Presiden mengenai percepatan pembangunan Monumen dan Tugu bersejarah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Secara historikal dan sejarah PDRI tersebar di beberapa Kota dan Kabupaten di Sumatera Barat. Menurut Erman, dalam proses finalisasi draft Instruksi Presiden tersebut dirinya mengusulkan beberapa titik lokasi bukti sejarah bahwa Kota Bukittinggi mengambil peran besar terbentuknya PDRI. "Salah satunya rumah bekas Gubernur Sumatera Tengah dimasa itu, Tengku Mohd. Hasan yang pernah digunakan sebagai tempat penetapan Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai Ketua PDRI" Ujar @ermansafar. Rumah tersebut, menurut Erman, memiliki nilai sej

20. Sekolah MULO (SMP N 3&4 Bukittinggi)

Ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kota Bukittinggi berdasarkan  SK Walikota No. 188.45-335-2021 Tanggal 30 Desember 2021 Bangunan SMP 3 dan 4 atau dahulu merupakan SMP 2 berada di Jalan Panorama, Kelurahan Kayu Kubu, Kecamatan Guguak Panjang . Berdasarkan keterangan yang didapat dari kepala sekolah, bangunan sekolah ini merupakan Sekolah MULO (sekolah menengah) pada masa Kolonial Belanda. Hingga tahun 1945 bangunan ini masih difungsikan sebagai sekolah menengah oleh pemerintah Indonesia. Setelah sekolah menengah di tiadakan kemudian pada tahun berikutnya beralih fungsi sebagai tempat percetakan "Oeang Republik Indonesia (ORI)". 

Bukittinggi - Wilayah Admnistratif

  Ilustrasi: http://www.bukittinggikota.go.id/ Kota Bukittinggi merupakan kota terbesar ke-2 di Sumatera Barat setelah Kota Padang. Terletak di daratan tinggi Minangkabau tepatnya di Lembah Agam yang dikelilingi oleh Pegunungan Bukit Barisan dan diapit oleh Gunung Marapi dan Gunung Singgalang. Memiliki luas kurang lebih 25. 239 Km 2 dengan ketinggian 909-941 m di atas permukaan laut, serta dengan suhu udara berkisar antara 17.1 C s/d 24.9 C dengan iklim udara yang sejuk. Memiliki letak strategis yang merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara, timur, dan selatan Pulau Sumatera. Kota Bukittinggi merupakan bagian dari kesatuan wilayah kebudayaan Luhak Agam dimana lokasi Kota Bukittinggi terletak di Nagari Kurai Limo Jorong, suatu satuan pemerintahan terendah dalam federasi Minangkabau. Luhak Agam berbeda dengan Kabupaten Agam baik dari segi komposisi wilayah maupun administrasi pemerintahan.

Bioskop Lintas Generasi di Kota Bukittinggi itu bernama Bioskop Eri

Bioskop Eri, salah satu bioskop legendaris yang ada di Kota Bukittinggi. Bioskop yang menjadi primadona pada tahun 80an hingga 90an ini masih aktif hingga saat ini meskipun berada pada titik nadir perjalanannya. Saat ini Bioskop Eri hanya buka pada waktu-waktu tertentu dengan stok film jadul yang masih diputar dengan tiket murah meriah.

Bung Hatta meninjau proyek pembangunan Gelanggang Olahraga

  Setelah Pekan Olahraga Nasional Pertama (PON I) tanggal 9 - 12 September 1948 Sukses. Indonesia kembali menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke II di Jakarta pada tanggal 21 Oktober-28 Oktober 1951. Sebelum penyelenggaraan dilangsukan Wakil Presiden Moh. Hatta bersama Ketua PON ke-2 Dr. Halim, Sekretaris Jenderal Kementerian Penerangan RI Roeslan Abdulgani, dan beberapa wartawan mengunjungi area lahan pembangunan Stadion Nasional di Lapangan Merdeka, Jakarta.

Vandalisme terhadap Peninggalan Sejarah 09.10.20

Pada hari Jum'at tanggal 09 Oktober 2020, Tim Kebudayaan mendapat laporan perihal aksi Vandalisme pada salah satu Peninggalan Sejarah Kota Bukittinggi. Peninggalan Sejarah dimaksud ialah dengan nomor 94. Eks Tiang Listrik/Telpon .  Tim Kebudayaan mendapat objek yang terletak di trotoar depan Hotel Dymens, Simpang Yarsi sudah dicoret-coret dengan cat semprot warna mereah pada keempat sisinya. Tidak hanya itu, pada sisi yang menghadap ke Jalan Sudirman telah ditempeli dengan empat helai kertas HVS. Tampaknya tempelan kertas ini lebih dahulu dipasang. Masyarakat yang berada disekitar objek ini berkata bahwa kemarin (Kamis,08 Oktober2020) coretan tersebut belum ada. Kemungkinan coretan tersebut dilakukan pada malam hari Kamis. Memang tidak terdapat pengumuman atau peringatan yang dipasang pada objek dimaksud. Namun bukan berarti siapapun boleh berbuat sekehendak hatinya. Tidak mesti dilarang atau diberi tahu terlebih dahulu bahwa suatu perbuatan itu salah sehingga baru tak dikerjakan.

Perempuan Minang

Perempuan Melayu yang merdeka Berkuasa atas harta pusaka Menjadi tuan dalam keluarga Dimuliakan dalam Syari'at Diagungkan dalam Adat Perempuan Minang Baju kurung marwah dijaga Tak ada konde melainkan hijab ianya Jayalah Minang Jayalah Melayu Jayalah Islam April 2018

Stasiun KA Bukittinggi dalam Kenangan

Stasiun Bukittinggi dan Jejak Perkeretaapian yang Terlupakan by  @beyubaystory Perkeretaapian memang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan suatu kota di Ranah Minang. Pasca ditemukannya kandungan batubara Ombilin di Kota Sawahlunto, seakan menjadi pengungkit bagi sektor perhubungan dan perdagangan. Mobilisasi hasil bumi dan manusia jauh lebih mudah pada zaman itu. Bukittinggi abad ke-19 tumbuh menjadi kota penting bagi pemerintah kolonial sekaligus kota urban tempo itu hingga akhirnya serba serbi wajah kota hadir termasuk rangkaian jalur kereta api.