Foto Bukittinggi 1971
Suasana Jam Gadang dilihat dari arah Tugu Pahlawan Tak Dikenal. Tampak Pasa Batingkek belum ada dan pohon rimbun yang meneduhi para pengunjung yang tumbuh di lereng bukit tampaknya baru ditanam.
Janjang Ampek Puluah yang dimasa foto ini diambil masih dihiasi oleh bangunan lama peninggalan zaman kolonial. Tertata rapi dan indah dengan langgap arsitekturnya yang khas itu.
Adakah diantara kita yang tahu perihal masjid yang gagah berdiri di arah sebelah kanan itu? Masih adakah hingga kini? Kalaupun ada, takkan nampak karena sudah terhalangi oleh bangunan salah satu bank BUMN. Serta disana Hotel Antokan tampak menyolok, kini sudah bersembunyi ia. Malu dengan usia tuakah?
Kemungkinan foto ini diambil dari Benteng, tampak di Simpang Tembok belum dibuat orang Tugu Tuanku Imam Bonjol. Seperti cerita yang kami dengar, disana dahulu berdiri Pom Bensin. Dan kalau tak salah lihat, memang Pom Bensin tampaknya
Keterangan oleh Hendra Purwadi
Kota Bukittinggi semula merupakan pasar (pekan) bagi masyarakat Agam Tuo. Setelah kedatangan Belanda, kota ini menjadi kubu pertahanan mereka untuk melawan Kaum Padri. Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng di salah satu bukit yang terdapat di dalam kota ini.
Tempat ini dikenal sebagai benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah stadsgemeente (kota), dan juga berfungsi sebagai ibu kota Afdeeling Padangsche Bovenlanden danOnderafdeeling Oud Agam.
Bukittinggi dikenal sebagai kota perjuangan bangsa dan merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan M. Assaat yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden Republik Indonesia.
Foto : Bukittinggi 1971 by : Boy Lowson.
Disalin dari: Kiriman Hendra Purwadi
Komentar
Posting Komentar